Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai
berikut.
a. Pengalaman dan kegiatan belajar
peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak
b. Kegiatan yang dipilih dapat
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
c. Seluruh kegiatan belajar lebih
bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih
lama.
d. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan
keterampilan berfikir dan sosial peserta didik.
e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan
yang bersifat pragmatis dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta
didik
f. Jika pembelajaran terpadu
diracang bersama, dapat meningkatkan kerja sama
antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik,
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber;
sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam
konteks yang lebih bermakna
Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki
keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evalusi yang lebih banyak menuntut guru untuk
melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung
saja. Puskur, Balitbang Diknas (tt:9) mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran
terpadu (jika digunakan di SMP atau SMA) antara lain dapat ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
a.
Aspek Guru:
Guru harus berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus
menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa
kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA
akan sulit terwujud.
b.
Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif
“baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi
karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan
elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka
penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c.
Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan
terhambat.
d.
Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi
pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian
target penyampaian materi). Guru
perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik
dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan
pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru
lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan
salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata
lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan
atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera,
dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
No comments:
Post a Comment
Mohon Tinggalkan Komentar anda untuk kebaikan blog ini.........