Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran
lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi
secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu
demi satu (Metode global). Misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila
Pancasila yang terdiri dari lima
sila. Pertama-tama Guru menyajikan lima sila sekaligus secara garis besar,
kemudian setiap sila disajikan secara mendalam.
Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran
lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu
disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi
berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan
mengajarkan materi Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila
pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah sila pertama disajikan
secara mendalam, baru kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Jika guru harus
manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama
tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi
yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Sajikan materi fakta
dengan lisan, tulisan, atau gambar.
b.
Berikan bantuan kepada
siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna,
menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi berpasangan,
dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan
cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh, untuk
menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa,
dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar
kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan
manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan
mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut menggunakan jembatan
keledai, jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan, alat, teknik,
lingkungan).
Bantuan menghafal berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk
mengingat-ingat di mana letak stalakmit dan
stalaktit pada pelajaran sains.
Apakah stalaktit di atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
pasangkan huruf T pada atas, dengan T
pada tit-nya stalaktit. Jadi
stalaktit terletak di atas, sedangkan stalakmit terletak di bawah.
Contoh lain penggunaan
jembatan keledai atau jembatan ingatan:
(1) PAO-HOA (Panas April-Oktober, Hujan Oktober – April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang
berumur 30 hari digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
4.
Strategi
penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi
berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa
paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi,
dsb.
Langkah-langkah
mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti
isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk
mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes.
Contoh:
Penyajian konsep tindak pidana pencurian
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai pasal 362 KUHP, “Barang siapa dengan sengaja
mengambil barang milik orang lain dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki
dihukum dengan hukuman penjara sekurang-kurangnya … tahun.”
Langkah 2: Pemberian
bantuan
a.
Murid dibantu untuk
menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap
konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
b.
Tunjukkan unsur-unsur
pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu:
1)
Mengambil barang
(bernilai ekonomi)
2)
Barang itu milik orang
lain
3)
Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang
empunya)
4)
Dengan maksud dimiliki
(mengambil uang untuk jajan).
Contoh positip: Wawan malam hari masuk pekarangan
Ali dengan merusak pintu pagar (sengaja) mengambil (melawan hukum) material
bangunan berupa besi beton (barang milik orang lain), kemudian dijual, uangnya
untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki). Contoh negatif/salah (bukan contoh
tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak dikembalikan melainkan dijual
uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif atau contoh yang salah ini,
unsur-unsur “sengaja mengambil barang milik orang lain dengan maksud dimiliki”
terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang tidak terpenuhi, yaitu “melawan hukum”,
karena “meminjam”. Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu
perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan
penggelapan.
Langkah
3: Latihan
Pertama-tama murid
diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian murid
diminta memberikan contoh kasus
pencurian lain selain yang dicontohkan
oleh guru untuk mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana
pencurian.
Langkah
4: Umpan balik
Berikan umpan balik
atau informasi apakah murid benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika
benar berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah
5: Tes
Berikan tes untuk
menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak pidana
pencurian. Soal tes hendaknya berbeda
dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyempaian konsep dan soal
latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham.
5.
Strategi
penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah
dalil, rumus, hukum (law), postulat,
teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi
pembelajaran jenis prinsip adalah :
a)
Sajikan prinsip
b)
Berikan bantuan berupa
contoh penerapan prinsip
c)
Berikan soal-soal latihan
d)
Berikan umpan balik
e)
Berikan tes.
Contoh:
Cara mengajarkan rumus menghitung luas bujur sangkar
dengan tujuan agar siswa mampu menerapkan rumus tersebut.
Langkah 1:
Sajikan rumus
Rumus menghitung luas bujur sangkar adalah: Sisi X
Sisi atau sisi kuadrat.
Langkah 2:
Memberikan bantuan
Berikan bantuan cara menghafal rumus dilengkapi
contoh penerapan rumus menghitung luas bujur sangkar. Misalnya sebuah karton
bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Luas bujur sangkar = S X S.
Luas karton adalah
30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
Langkah 3:
Memberikan latihan
Berikan soal-soal latihan penerapan rumus dengan
bilangan-bilangan yang berbeda dengan contoh yang telah diberikan. Misalnya
selembar kertas panjangnya berbentuk
bujur sangkar dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya.
Langkah 4:
Memberikan umpan balik
Beritahukan kepada siswa apakah jawaban mereka betul
atau salah. Jika betul berikan penguatan atau konfirmasi. Misalnya, “Ya jawabanmu betul”. Jika salah berikan
koreksi atau pembetulan.
Langkah 5:
Berikan tes
Berikan soal-soal tes secukupnya menggunakan
bilangan yang berbeda dengan soal latihan untuk meyakinkan bahwa siswa bukan
sekedar hafal soal tetapi betul-betul menguasai cara menghitung luas bujur
sangkar.
6.
Strategi
penyampaian prosedur
Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat
melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk
materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu
tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah menyetel televisi.
Langkah-langkah
mengajarkan prosedur meliputi:
a.
Menyajikan prosedur
b.
Pemberian bantuan dengan jalan
mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c.
Memberikan latihan
(praktek)
d.
Memberikan umpan balik
e.
Memberikan tes.
Contoh:
Prosedur menelpon di telpon umum koin.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur:
Langkah 1:
Menyajikan prosedur
Sajikan langkah-langkah atau prosedur menelpon
dengan menggunakan bagan arus (flow
chart)
Langkah 2:
Memberikan bantuan
Beri bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat
menelpon dengan jalan mendemonstrasikan cara menelpon.
Langkah 3:
Pemberian latihan
Tugasi siswa paraktek berlatih cara menelpon.
Langkah 4:
Pemberian umpan balik
Beritahukan apakah yang dilakukan siswa dalam
praktek sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika betul, dan koreksi jika
salah.
Langkah 5:
Pemberian tes
Berikan tes dalam bentuk “do it test”, artinya siswa disuruh praktek, lalu diamati.
7.
Strategi
mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif
Termasuk
materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian
respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap
antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan
atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi. Agar memiliki sikap tertib dalam
antrean, di depan loket dipasang jalur untuk antri berupa pagar besi yang hanya
dapat dilalui seorang demi seorang secara bergiliran.
Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model
seseorang baik nyata atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa.
Misalnya tokoh Bima dalam Mahabarata. Sifat Bima yang gagah berani dapat
menjadi idola anak.
No comments:
Post a Comment
Mohon Tinggalkan Komentar anda untuk kebaikan blog ini.........