sponsored

Showing posts with label MATERI BELAJAR. Show all posts
Showing posts with label MATERI BELAJAR. Show all posts

Monday, January 23, 2017

Modul persiapan menghadapi UN

Berikut rangkuman materi ujian nasional,semoga bisa membantu sobat sekalian,,,,mohon maaf untuk link biologi dan kimia silahkan blog link alamat download,lalu klik kanan copy,lalu pastekan di halaman browser dan enter....

1. Rangkuman Materi Ujian Nasional Biologi:

https://drive.google.com/open?id=0B-ghUmKm7Zh5cWZrT2FXVkZrdk0

2. Rangkuman Materi Ujian Nasional Kimia:

https://drive.google.com/open?id=0B-ghUmKm7Zh5VW5IRTd2UXpTYVU

3. Rangkuman Materi Ujian Nasional Fisika:
https://drive.google.com/folderview?id=0B-ghUmKm7Zh5RlVVczVGM2YzMmc&usp=sharing

4. Rangkuman Materi Ujian Nasional Sejarah Indonesia:
https://drive.google.com/open?id=0B-ghUmKm7Zh5d0pncjVPSHhuVHM

5. Rangkuman Materi Ujian Nasional Geografi:
https://drive.google.com/open?id=0B-ghUmKm7Zh5QWJBVGlRMUQ1emc

6. Rangkuman Materi Ujian Nasional Ekonomi:
https://drive.google.com/open?id=0B-ghUmKm7Zh5OUtoWWE1ZERVaUk

7. Rangkuman Materi Ujian Nasional Sosiologi:
https://drive.google.com/folderview?id=0B-ghUmKm7Zh5MjVTYzIweXVhS2M&usp=sharing

8. Rangkuman Materi Ujian Nasional Bahasa Indonesia:
https://drive.google.com/folderview?id=0B-ghUmKm7Zh5ZDBITzZQUUE1d3c&usp=sharing

Itulah beberapa materi rangkuman yang kami bagikan, terima kasih atas segala sumber yang menyediakan. Terima Kasih dan Semoga bermanfaat !

Saturday, November 21, 2015

Prosedur dan Mekanisme Perancangan Pembelajaran terpadu

Hasil gambar untuk belajar



Beberapa langkah yang dapat di ikuti oleh guru dalam merancang Pembelajaran terpadu yaitu sebagai berikut.
Tahap1 :Penjajakan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a.       Menetapkan tingkatan kelas
b.      Menetapkan aspek perkembangan (sesuai tingkatan kelas yang dipilih)
c.       Menetapkank ompetensi dasar dan indikator yang potensial dan ada keterkaitan konsep
d.      Memasukkan kompetensi dasar ke dalam:
1)      Tema;
2)      indikator dan tujuan pembelajaran;
3)      cakupan konsep kunci;
4)      cakupan aspek hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai);
5)      taksiran waktu.
Tahap2 :Penstrukturan
Tahap penstrukturan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Menyusun kerangka struktur penyatu kaitan konsep kunci dan cakupan aspek hasil belajar yang dapat dimodelkan seperti jala-jala.
b.      Mengidentifikasi:
1)      konsep-konsep kunci/aspek perkembangan anak;
2)      aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai;
3)      bentuk kegiatan belajar peserta didik;
4)      sumber dan media pembelajaran;
5)      lokasi pembelajaran (ruang dan suasana);
6)      produk yang diharapkan sebagai hasil belajar (fisik, perilaku, atau bentuk lainnya).
c.       Menelaah kerangka struktur dan hasil identifikasi untuk mendapatkan:
1)      konteks dan judulkonteks (tema, isu, masalah);
2)      cakupan tujuan, kegiatan, materi, dan proses secara utuh dalam kurun waktu yang telah ditaksir.
Tahap 3 : Perancangan model  Pembelajaran terpadu
Pada tahap ketiga ini dilakukan kegiatan sebagai berikut.
a.       Perancangan skenario.
b.      Pengemasan skenario dalam suatu model yang dipilih yang memuat c.1) dan c.2).
Tahap 4: Uji coba model/penggunaanmodeldalampembelajaran
Dalam tahap ini dilakukan pengujian model dan perbaikan
Model lain dalam mengembangkan  Pembelajaran terpadu  dapat dilihat dalam bagan 1 halaman berikut ini.





Bagan 1     Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran terpadu
(sumberPuskur)


Thursday, March 12, 2015

Rambu-rambu Pengembangan Muatan Lokal


Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan lokal:
1. SMA atau Satuan Pendidikan yang mampu menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabusnya dapat melaksanakan muatan lokal sendiri sesuai dengan yang diprogramkan;
2. SMA atau Satuan Pendidikan yang belum mampu menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus muatan lokal sendiri, dapat bekerjasama dengan SMA terdekat yang masih dalam satu Kecamatan/Kabupaten/Kota. Apabila beberapa SMA dalam satu Kecamatan/Kabupaten/Kota belum mampu mengembangkan muatan lokal, maka yang bersangkutan dapat meminta bantuan Dinas Pendidikan setempat;
3. Materi pembelajaran muatan lokal hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosi, dan sosial. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan mata pelajaran lain;
4. Program pembelajaran muatan lokal hendaknya dikembangkan secara kontekstual dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan psikis. Dekat secara fisik, maksudnya materi pembelajaran muatan lokal terdapat dalam lingkungan tempat tinggal peserta didik dan atau satuan pendidikan. Dekat secara psikis, maksudnya bahwa materi pembelajaran dan informasinya mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan perkembangan usianya. Untuk itu, bahan pembelajaran muatan lokal hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu bertitik tolak dari (a) hal-hal konkret ke abstrak, (b) yang diketahui ke yang belum diketahui, (c) pengalaman lama ke pengalaman baru, (d) yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, materi pembelajaran hendaknya bermakna/bermanfaat bagi peserta didik sebagai bekal mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari;
5. Materi pembelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi pendidik dalam memilih metode pembelajaran dan sumber belajar seperti buku, sarana lain, dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, pendidik diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait, dunia usaha/industri (lapangan kerja), atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu pendidik hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial;

6. Materi pembelajaran muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pembelajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian, materi pembelajaran muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diberikan mulai dari kelas X s.d. XII. Setiap jenis  muatan lokal  diberikan minimal satu semester;
7.  Pengalokasian waktu untuk materi pembelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk muatan lokal pada setiap semester.

Wednesday, December 19, 2012

Tata Nama Senyawa



Sri Juari Santosa, dkk (2006 : 82) menyatakan bahwa metode sistematik untuk penamaan senyawa disebut sistem tata nama. Sistem tata nama disusun berdasarkan aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) dan aturan ini telah digunakan secara seragam di seluruh negara.
Materi Tata Nama Senyawa meliputi tata nama :
a.   Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur. Senyawa biner dapat terbentuk dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam, atau dapat terbentuk dari dua unsur nonlogam. Jika unsur pertama berupa logam dan unsur lainnya nonlogam, maka senyawa biner tersebut umumnya berbentuk ionik atau senyawa ionik biner. 
-     Penamaan senyawa biner antara logam dan nonlogam
§    Bilangan oksidasi satu jenis
      Nama logam diikuti nama non logam + “ida”
Tabel berikut menunjukkan nama dan simbol beberapa senyawa sederhana.
Tabel  2.1.   Nama dan Simbol Beberapa Senyawa
Senyawa
Nama senyawa
Senyawa
Nama Senyawa
Li2O
NaBr
KCl
Rb2O
CsI
MgCl2
Litium oksida
Natrium bromida
Kalium klorida
Rubidium oksida
Cesium iodida
Magnesium klorida
CaO
SrO
BaCl2
Al2O3
ZnO
AgCl
Kalsium oksida
Strontium oksida
Barium klorida
Aluminium oksida
Seng oksida
Perak klorida

§    Bilangan oksidasi lebih dari satu jenis
Penamaan senyawa biner antara logam dan nonlogam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis mempunyai 2 macam penamaan : 
æ   Bilangan oksidasi ditulis dengan angka Romawi
Perhatikan tata nama beberapa senyawa dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis berikut.
Tabel  2.2. Nama Beberapa Senyawa dengan Bilangam Oksidasi Lebih dari Satu
Unsur
Bilangan Oksidasi
Senyawa
Nama Senyawa
Cr

Fe

Co

Cu

Pb
+2
+3
+2
+3
+2
+3
+1
+2
+2
+4
CrO
CrCl2
FeS
FeF3
CoI2
Co2O3
CuI
CuCl2
PbBr2
PbO2
Kromium (II) oksida
Kromium (III) klorida
Besi (II) sulfida
Besi (III) florida
Kobalt (II) iodida
Kobalt (III) oksida
Tembaga (I) iodida
Tembaga (II) klorida
Timbal (II) bromida
Timbal (IV) oksida

æ   Akhiran “i” untuk bilangan oksidasi kecil dan akhiran “o” untuk bilangan oksidasi besar.
Dalam tabel berikut ini disajikan tata nama beberapa senyawa dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis.
Tabel 2.3. Nama Beberapa Senyawa dengan Bilangan Oksidasi Lebih dari Satu
Unsur Logam
Senyawa
Nama Senyawa
Cr2+
Cr3+
Fe2+
Fe3+
Co2+
Co3+
Cu+
Cu2+
Pb2+
Pb4+
Sn2+
Sn4+
CrS
CrI3
FeCl3
Fe2O3
CoCl2
CoCl3
Cu2O
CuO
PbS
PbO2
SnCl2
SnO2
Kromo sulfida
Kromi sulfida
Ferro klorida
Ferri klorida
Kobalto klorida
Kobalti klorida
Kupro oksida
Kupri oksida
Plumbo sulfida
Plumbi oksida
Stano klorida
Stani oksida

-     Non Logam + Non Logam
Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut :
B – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
§    Satu jenis senyawa
      Unsur dengan bilangan oksidasi positif diikuti unsur dengan bilangan oksidasi negatif + “ida.”
Contoh :
HCl dinamakan Hidrogen klorida
ClF dinamakan Klorin florida
§    Lebih dari satu jenis senyawa
      Unsur dengan bilangan oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan Yunani sesuai dengan angka indeks dalam rumus kimianya dan akhiran “ida”
Awalan Yunani
1    = mono                              6    = heksa
2    = di                                    7    = hepta
3    = tri                                   8    = okta
4    = tetra                                9    = nona
5    = penta                              10  = deka
Tabel 2.4.  Nama Beberapa Senyawa Biner
Rumus
Nama
Rumus
Nama
BCl3
CCl4
CO
CO2
NO
NO2
N2O
Boron triklorida
Karbon tetraklorida
Karbon monoksida
Karbon dioksida
Nitrogen monoksida
Nitrogen dioksida
Dinitrogen monoksida
N2O3
N2O4
N2O5
PCl3
PCl5
SF6
Dinitrogen trioksida
Dinitrogen tetroksida
Dinitrogen pentoksida
Fosfor triklorida
Fosfor pentaklorida
Sulfur heksaflorida
Catatan:  Jika awalan memiliki huruf terakhir “a” atau “o” dan unsur memiliki huruf awal “a” atau “o”, maka kita menghilangkan huruf terakhir awalan yang digunakan. Misalnya karbon monoksida bukan karbon monooksida, demikian pula pada dinitrogen tetroksida bukan dinitrogen tetraoksida, kecuali PI3 fosfor triiodida, bukan fosfor triodida.
b.   Senyawa Poliatomik
senyawa poliatomik merupakan senyawa yang dibentuk dari ion-ion poliatomik, dua atau lebih atom-atom bergabung bersama-sama dengan ikatan kovalen. Beberapa ion poliatomik dan senyawa yang mengandung ion tersebut dalam tabel berikut.
Tabel 2.5.  Nama Beberapa Senyawa Poliatomik
Nama Ion
Rumus
Senyawa
Nama Senyawa
Kation
Ion amonium
Anion
Ion asetat
Ion karbonat
Ion hidrogen karbonat
(atau ion bikarbonat)
Ion hipoklorit
Ion klorit
Ion klorat
Ion perklorat
Ion kromat
Ion dikromat
Ion sianida
Ion hidroksida
Ion nitrit
Ion nitrat
Ion oksalat
Ion permanganat
Ion fosfat
Ion hidrogen fosfat
Ion dihidrogen fosfat
Ion sulfit
Ion hidrogen sulfit
(atau ion bisulfit)
Ion sulfat
Ion hidrogen sulfat
(atau ion bisulfat)
Ion tiosulfat

NH4+

C2H3O2-
CO32-
HCO3-

ClO-
ClO2-
ClO3-
ClO4-
CrO42-
Cr2O72-
CN-
OH-
NO2-
NO3-
C2O42-
MnO4-
PO43-
HPO42-
H2PO4-
SO32-
HSO3-
SO42-

HSO4-

S2O32-

NH4Cl

NaC2H3O2
Na2CO3
NaHCO3

NaClO
NaClO2
NaClO2
NaClO4
Na2CrO4
Na2Cr2O7
NaCN
NaOH
NaNO2
NaNO3
Na2C2O4
NaMnO4
Na3PO4
Na2HPO4
NaH2PO4
Na2SO3
NaHSO3
Na2SO4

NaHSO4

Na2S2O3

Amonium klorida

Natrium asetat
Natrium karbonat
Natrium bikarbonat

Natrium hipoklorit
Natrium klorit
Natrium klorat
Natrium perklorat
Natrium kromat
Natrium dikromat
Natrium sianida
Natrium hidroksida
Natrium nitrit
Natrium nitrat
Natrium oksalat
Natrium permanganat
Natrium fosfat
Natrium hidrogen fosfat
Natrium dihidrogen fosfat
Natrium sulfit
Natrium bisulfit
Natrium sulfat

Natrium bisulfat

Natrium tiosulfat

c.   Senyawa Asam
-     Senyawa asam biner
Senyawa asam biner mempunyai 3 macam penamaan yaitu :
§    Unsur hidrogen diikuti nama unsur + ida
Contoh :
HCl     = hidrogen klorida
HBr     = hidrogen bromida
§    Awalan asam diikuti nama unsur + ida
Contoh :
HI        = asam iodida
HF       = asam florida
§    Awalan asam diikuti nama unsur dengan awalan +hidro” dan akhiran “ida”
Contoh :
H2S      = asam hidrosulfurida
HCl     = asam hidroklorida



-     Senyawa asam poliatomik
Senyawa asam poliatomik merupakan senyawa gabungan H dengan ion-ion poliatomik nonlogam lainnya. Penamaannya awalan asam diikuti nama ion poliatomik non-logam. Perhatikan Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6.  Nama Beberapa Senyawa Asam
Senyawa Asam
Nama Senyawa Asam
HNO2
HNO3
H2SO3
H2SO4
H3PO3
H3PO4
Asam nitrit
Asam nitrat
Asam sulfit
Asam sulfat
Asam fosfit
Asam fosfat

d.   Senyawa Basa
Nama unsur yang terikat pada ion OH- dengan akhiran “hidroksida” Perhatikan Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7.    Nama Beberapa Senyawa Basa
Senyawa Basa
Nama Senyawa Basa
KOH
NaOH
LiOH
Mg(OH)2
Ca(OH)2
Ba(OH)2
Al(OH)3
Kalium hidroksida
Natrium hidroksida
Litium hidroksida
Magnesium hidroksida
Kalsium hidroksida
Barium hidroksida
Aluminium hidroksida

alexa rank

langganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner