sponsored

Thursday, May 10, 2012

Contoh Tinjauan pustaka skripsi problem solving

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1983 : 23). Pendapat yang sama disampaikan Gagne dalam Dahar (1998 : 3) yang menyatakan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Tingkah laku yang baru itu misalnya tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan-perkembangan sikap sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah. Kedua definisi di atas, menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang tidak disebabkan oleh pertumbuhan (kematangan) tetapi akibat pengalaman. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), atau keterampilan (psikomotorik).
Dalam belajar, individu membutuhkan orang lain yang bertindak sebagai pengajar, yaitu seseorang yang menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada individu yang belajar (siswa). Dengan demikian terjadi proses pengajaran. Mengajar merupakan usaha kegiatan mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan proses belajar pada diri siswa (Usman dalam Agus Trinawati, 2002). Dalam pengertian ini guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa, yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pengertian mengajar ini setara dengan pengertian pembelajaran yang dikatakan Suherman (dalam Agus Trinawati, 2002 : 18) bahwa “Pembelajaran merujuk pada upaya penataan lingkungan (fisik, sosial, kultural, dan psikologis atau spritual) yang memberi suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar”. Jika dilihat dari individu yang belajar, proses belajar bersifat intern, sedangkan proses pembelajaran bersifat ekstern (datang dari luar diri) yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa. Dengan demikian dalam tulisan ini, mengajar tidak diartikan sempit sebagai penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki guru kepada siswa, tetapi kegiatan pengajaran diidentikkan dengan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa pembelajaran adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan pendekatan yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan (Sutiarso, 2000 : 630).

B.  Pengajaran dengan Pendekatan Problem Posing

Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal). Kata soal dapat diartikan sebagai masalah (Suryanto, 1988 : 7). Menurut Webster Dictionary (dalam Suryanto, 1988 : 9) masalah adalah sebagai sesuatu yang perlu dilakukan atau segala sesuatu yang memerlukan pengerjaan.
Menurut Silver (dalam Suryanto, 1998 : 8) bahwa Problem Posing mempunyai 3 pengertian. Pertama, problem Posing ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit. Arti yang petama ini merupakan salah satu langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah. Kedua, Problem Posing ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan, dalam rangka mencari alternatif pemecahan masalah. Arti yang kedua ini berkaitan dengan langkah-langkah mengkaji ulang dalam tahap-tahap pemecaham soal. Ketiga, Problem Posing ialah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang disediakan, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah pemecahan suatu soal. Pengertian ketiga inilah yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, berarti dalam belajar dengan pendekatan problem posing siswa diajar untuk membuat soalnya sendiri.
Menurut pendapat dari beberapa ahli (dalam Agus Krisnanto, 2002 : 14) manfaat dari Problem Posing antara lain :
a.   Merupakan tugas kegiatan yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif (Nasution, dalam Siswono, 1999).
b.   Berkolerasi positif dengan prestasi belajar siswa (Siswono, 1999 : 125)
c.   Sebagai latihan berpikir untuk menuntun pemecahan masalah selanjutnya (Ban-Har, Y dan Kaur. B : 1999)
d.   Memiliki dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan masalah problem solving (Keil, Perez, Scott dalam Silver dan Cai, 1996 : 52)
Pengajaran dengan pendekatan problem posing dalam penelitian ini adalah proses pengajaran yang dilakukan dalam suatu pertemuan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.   Pendahuluan
-     Guru mengucapkan salam
-     Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari
-     Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari yaitu materi tata nama senyawa
-     Guru menginformasikan indikator yang akan dicapai
b.   Kegiatan Inti
-     Guru menjelaskan materi tata nama senyawa
-     Guru memberikan contoh penamaan senyawa
-     Guru memberikan kesempatan bertanya
-     Guru membentuk kelompok siswa (2 orang teman sebangku)
-     Guru menugaskan kepada kelompok siswa berupa pembuatan soal atau merumuskan pertanyaan dari informasi yang telah disediakan berupa tabel periodik dan ringkasan materi, selanjutnya menukarkan soal yang telah dibuat tersebut kepada kelompok lain yang berdekatan untuk dicari penyelesaiannya. Jika kelompok yang menjawab soal tidak memahami maksud dari soal yang dibuat temannya (kelompok pembuat soal) maka kelompok pembuat soal harus menjelaskan termasuk membimbing dan kemudian memeriksa kebenaran hasilnya. Bila komunikasi antar siswa macet maka guru segera konsolidasi, membimbing dan mengarahkan pekerjaan siswa.
c.    Penutup
-     Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
-     Guru memberikan PR kepada siswa sebagai latihan di rumah
-     Guru mengucapkan salam
Menurut Darnati (2002 : 2) pembelajaran dengan pendekatan problem posing seperti diatas dapat menyebabkan terjadinya interaksi antar siswa (siswa menjadi lebih aktif dalam belajar), ada persaingan sehingga pada saat membuat soal ada keinginan soal yang dibuatnya sulit dan kelompok lain tidak dapat menjawabnya. Darnati (2002: 7) juga menyatakan bahwa mereka merasa bangga bila hal ini terjadi apalagi pada saat guru meminta dia (kelompok pembuat soal) agar menjelaskan soal tersebut kepada kelompok teman yang menjawab soal. Mereka juga akan merasa bangga ketika kelompok mereka bisa menjawab dengan mudah soal yang dibuat kelompok lain. Jadi siswa selalu lebih aktif, berpikir secara cermat dan sistematis.

No comments:

Post a Comment

Mohon Tinggalkan Komentar anda untuk kebaikan blog ini.........

alexa rank

langganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner